Sunnah memiliki kedudukan yang sangat
agung dalam Islam. Karena sudah jelas, Sunnah adalah penjabaran dan penjelas Al
Qur’anul Kariim. Sunnah merupakan sumber Islam kedua setelah Al Qur’an. Tanpa memahami
Sunnah, seseorang tidak akan menjadi seorang Muslim yang baik dan tidak bisa mengamalkan Islam dengan
benar.
Pengertian
Sunnah
Sunnah disini yang
dimaksud adalah segala sesuatu yang bersumber dari Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam, baik ucapan,
perbuatan, dan ketetapan beliau. Secara umum, manusia dalam menyikapi sunnah
Nabi tergolong menjadi 3 golongan :
1.
Golongan yang
Mengagungkan Sunnah Nabi dengan Benar
Golongan
ini adalah orang yang mau mempelajari, memahami, meneladani, dan mengamalkan
sunnah beliau. Orang-orang ini telah bersyahadat : “Asyhadu Anna Muhammadarrasulullah” (Aku bersaksi bahwasanya
Muhammad adalah utusan Allah) konsekuensinya mereka harus mengagungkan sunnah
Nabi. Jalan yang benar dalam mengagungkan sunnah beliau adalah dengan mempelajari,
meneladani, dan mengamalkan sunnah beliau.
“Dan
tidaklah pantas bagi seorang Mukmin dan Mukminah untuk memiliki pilihan yang
lain apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan.” (QS. Al-Ahzab:36)
“Barang
siapa mentaati Rasul, maka ia sesungguhnya telah mentaati Allah.” (QS.
An-Nisa:80)
“Segala
apa yang dibawa Rasul, maka ambillah. Dan segala yang dilarangnya, maka
tinggalkanlah.” (QS. Al-Hasyr:7)
Diantara orang-orang yang termasuk
golongan ini adalah para sahabat Nabi shalallahu’alaihi
wasallam, Anas bin Malik berkata : “Tidak
ada seorang pun yang paling dicintai oleh para sahabat Rasulullah shalallahu’alaihi
wasallam melebihi beliau (Nabi) shalallahu’alaihi
wasallam. Akan tetapi jika mereka
melihat Nabi shalallahu’alaihi wasallam,
mereka tidak berdiri untuk menghormati beliau, karena mereka mengetahui bahwa
Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam membenci
perbuatan tersebut.” (HR. At- Tirmidzi dan Ahmad)
Dari perkataan Anas
bin Malik diatas kita bisa mengetahui para sahabat adalah orang yang paling
mencintai dan mengagungkan sunnah Nabi. Dan yang paling mengetahui bagaimana
cara mengagungkan dan mencintai Nabi. Maka sepatutnya kita mencontoh para
sahabat dalam mengagungkan sunnah Nabi.
2.
Golongan yang
Mengagungkan Sunnah Nabi dengan Cara yang Salah
Golongan yang kedua ini adalah orang-orang yang tahu bahwa mengagungkan
sunnah Nabi ini adalah suatu kewajiban, namun tidak mengetahui cara yang benar
dalam mengagungkan sunnah Nabi shalallahu’alaihi
wasallam. Mereka mengagungkan sunnah Nabi dengan cara-cara yang tidak
pernah diajarkan oleh Nabi dan bahkan dilarang dalam syariat Islam. Mereka membuat
perayaan / acara-acara tertentu yang tidak dicontohkan
oleh Rasulullah shalallahu’alaihi
wasallam dan juga tidak pernah dilakukan oleh para sahabat Nabi. Sehingga pada
hakekatnya mereka telah melakukan perbuatan BID’AH (Sesuatu yang mengada-ada).
Contoh yang sering
dilakukan adalah seperti melakukan perayaan Maulid Nabi shalallahu’alaihi wasallam. Niat mereka memang baik, bertujuan
mengagungkan Nabi dan sunnahnya. Akan tetapi caranya tidak benar, karena tidak
ada tuntunannya. Seandainya perayaan itu baik, maka para sahabat pasti sudah
melakukannya karena para sahabatlah yang paling mencintai beliau dan sunnahnya.
Contoh lain adalah
memuji dan mensifati beliau secara berlebihan, dengan menganggap memiliki
kemampuan tertentu yang sebenarnya Allah tidak memberikan kemampuan tersebut
kepadanya. Rasulullah shalallahu’alaihi
wasallam bersabda: “Janganlah kalian
memuji diriku secara berlebihan dan melampaui batas, sebagaimana orang-orang
Nashara melampaui batas memuji Nabi Isa putra Maryam, karena sesungguhnya aku
hanyalah seorang hamba Allah, maka katakanlah : (Muhammad) hamba Allah dan
Rasul-Nya.” (HR. Bukhari)
3.
Golongan yang
Meremehkan Sunnah Nabi
Golongan
yang ketiga ini adalah yang menolak dan tidak mau mengamalkan sunnah beliau. Mereka
meremehkan dan mengejek sunnah Nabi shalallahu’alaihi
wasallam. Seperti misalnya orang-orang yang memelihara jenggot diejek
seperti kambing, lelaki memakai pakaian yang tidak menutupi mata kaki diejek
kebanjiran, dan ejekan-ejekan lainnya yang pada hakikatnya adalah sunnah Nabi shalallahu’alaihi wasallam.
Abu Abdillah Muhammad bin Ismalil
At-Taimy juga bercerita : “Aku pernah membaca dalam sebagian kisah, bahwa pernah
ada seorang ahlul bid’ah tatkala mendengar sabda Nabi shalallahu’alaihi wasallam : “Apabila salah seorang di antara kamu
bangun dari tidur, maka janganlah ia mencelupkan tangannya kedalam bejana
sehingga ia mencucinya terlebih dahulu, karena dia tidak mengetahui di mana
tangannya bermalam.”
Maka ahli bid’ah itu berkata dengan nada mengejek : “Aku mengetahui
dimana tanganku bermalam, yaitu di atas tempat tidur !!” Pada suatu pagi,
didapati orang tersebut bangun tidur dalam keadaan tangannya telah masuk ke
dalam duburnya sampai ke pergelangan tangannya (Ta’zhimus sunnah, karya Abdul
Qoyyum As-Suhaiban). Inilah sebagai hukuman langsung kepada orang yang mengejek
dan meremehkan sunnah Nabi shalallahu’alaihi
wasallam.
Itulah ketiga golongan manusia
dalam menyikapi sunnah Nabi Muhammad shalallahu’alaihi
wasallam. Diantara ketiga golongan tersebut, jadilah golongan yang pertama,
yaitu golongan yang mengagungkan sunnah Nabi dengan cara yang benar.
Demikian penjelasan yang singkat ini. Semoga kita selalu diberi petunjuk
oleh Allah. Aamiiiiin.
[Muhammad Rezki Hr*]
Sumber : Buletin At Tauhid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar