Arsip Blog

Jumat, 22 Februari 2013

Mengagungkan Sunnah




     Sunnah memiliki kedudukan yang sangat agung dalam Islam. Karena sudah jelas, Sunnah adalah penjabaran dan penjelas Al Qur’anul Kariim. Sunnah merupakan sumber Islam kedua setelah Al Qur’an. Tanpa memahami Sunnah, seseorang tidak akan menjadi seorang Muslim yang baik  dan tidak bisa mengamalkan Islam dengan benar.

Pengertian Sunnah

   Sunnah disini yang dimaksud adalah segala sesuatu yang bersumber dari Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam, baik ucapan, perbuatan, dan ketetapan beliau. Secara umum, manusia dalam menyikapi sunnah Nabi tergolong menjadi 3 golongan :

1.      Golongan yang Mengagungkan Sunnah Nabi dengan Benar

   Golongan ini adalah orang yang mau mempelajari, memahami, meneladani, dan mengamalkan sunnah beliau. Orang-orang ini telah bersyahadat : “Asyhadu Anna Muhammadarrasulullah” (Aku bersaksi bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah) konsekuensinya mereka harus mengagungkan sunnah Nabi. Jalan yang benar dalam mengagungkan sunnah beliau adalah dengan mempelajari, meneladani, dan mengamalkan sunnah beliau.

   “Dan tidaklah pantas bagi seorang Mukmin dan Mukminah untuk memiliki pilihan yang lain apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan.”  (QS. Al-Ahzab:36)


   “Barang siapa mentaati Rasul, maka ia sesungguhnya telah mentaati Allah.” (QS. An-Nisa:80)


   “Segala apa yang dibawa Rasul, maka ambillah. Dan segala yang dilarangnya, maka tinggalkanlah.” (QS. Al-Hasyr:7)

   Diantara orang-orang yang termasuk golongan ini adalah para sahabat Nabi shalallahu’alaihi wasallam, Anas bin Malik berkata : “Tidak ada seorang pun yang paling dicintai oleh para sahabat Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam melebihi beliau (Nabi) shalallahu’alaihi wasallam. Akan tetapi jika mereka melihat  Nabi shalallahu’alaihi wasallam, mereka tidak berdiri untuk menghormati beliau, karena mereka mengetahui bahwa Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam membenci perbuatan tersebut.” (HR. At- Tirmidzi dan Ahmad)

   Dari perkataan Anas bin Malik diatas kita bisa mengetahui para sahabat adalah orang yang paling mencintai dan mengagungkan sunnah Nabi. Dan yang paling mengetahui bagaimana cara mengagungkan dan mencintai Nabi. Maka sepatutnya kita mencontoh para sahabat dalam mengagungkan sunnah Nabi.

2.      Golongan yang Mengagungkan Sunnah Nabi dengan Cara yang Salah

   Golongan yang kedua ini adalah orang-orang yang tahu bahwa mengagungkan sunnah Nabi ini adalah suatu kewajiban, namun tidak mengetahui cara yang benar dalam mengagungkan sunnah Nabi shalallahu’alaihi wasallam. Mereka mengagungkan sunnah Nabi dengan cara-cara yang tidak pernah diajarkan oleh Nabi dan bahkan dilarang dalam syariat Islam. Mereka membuat perayaan   /   acara-acara tertentu yang tidak dicontohkan oleh Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam dan juga tidak pernah dilakukan oleh para sahabat Nabi. Sehingga pada hakekatnya mereka telah melakukan perbuatan BID’AH (Sesuatu yang mengada-ada).

   Contoh yang sering dilakukan adalah seperti melakukan perayaan Maulid Nabi shalallahu’alaihi wasallam. Niat mereka memang baik, bertujuan mengagungkan Nabi dan sunnahnya. Akan tetapi caranya tidak benar, karena tidak ada tuntunannya. Seandainya perayaan itu baik, maka para sahabat pasti sudah melakukannya karena para sahabatlah yang paling mencintai beliau dan sunnahnya.

   Contoh lain adalah memuji dan mensifati beliau secara berlebihan, dengan menganggap memiliki kemampuan tertentu yang sebenarnya Allah tidak memberikan kemampuan tersebut kepadanya. Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam bersabda: “Janganlah kalian memuji diriku secara berlebihan dan melampaui batas, sebagaimana orang-orang Nashara melampaui batas memuji Nabi Isa putra Maryam, karena sesungguhnya aku hanyalah seorang hamba Allah, maka katakanlah : (Muhammad) hamba Allah dan Rasul-Nya.” (HR. Bukhari)

3.      Golongan yang Meremehkan Sunnah Nabi

   Golongan yang ketiga ini adalah yang menolak dan tidak mau mengamalkan sunnah beliau. Mereka meremehkan dan mengejek sunnah Nabi shalallahu’alaihi wasallam. Seperti misalnya orang-orang yang memelihara jenggot diejek seperti kambing, lelaki memakai pakaian yang tidak menutupi mata kaki diejek kebanjiran, dan ejekan-ejekan lainnya yang pada hakikatnya adalah sunnah Nabi shalallahu’alaihi wasallam.

Abu Abdillah Muhammad bin Ismalil At-Taimy juga bercerita : “Aku pernah membaca dalam sebagian kisah, bahwa pernah ada seorang ahlul bid’ah tatkala mendengar sabda Nabi shalallahu’alaihi wasallam : “Apabila salah seorang di antara kamu bangun dari tidur, maka janganlah ia mencelupkan tangannya kedalam bejana sehingga ia mencucinya terlebih dahulu, karena dia tidak mengetahui di mana tangannya bermalam.”

   Maka ahli bid’ah itu berkata dengan nada mengejek : “Aku mengetahui dimana tanganku bermalam, yaitu di atas tempat tidur !!” Pada suatu pagi, didapati orang tersebut bangun tidur dalam keadaan tangannya telah masuk ke dalam duburnya sampai ke pergelangan tangannya (Ta’zhimus sunnah, karya Abdul Qoyyum As-Suhaiban). Inilah sebagai hukuman langsung kepada orang yang mengejek dan meremehkan sunnah Nabi shalallahu’alaihi wasallam.

Itulah ketiga golongan manusia dalam menyikapi sunnah Nabi Muhammad shalallahu’alaihi wasallam. Diantara ketiga golongan tersebut, jadilah golongan yang pertama, yaitu golongan yang mengagungkan sunnah Nabi dengan cara yang benar.

   Demikian penjelasan yang singkat ini. Semoga kita selalu diberi petunjuk oleh Allah. Aamiiiiin.

[Muhammad Rezki Hr*]

Sumber : Buletin At Tauhid

Facebook Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar