Oleh: Yulian Purnama
Sungguh berbeda Allah
Subhanahu Wa Ta’ala dengan makhluk-Nya. Dia Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Lihatlah manusia, ketika ada orang meminta sesuatu darinya ia merasa kesal dan
berat hati. Sedangkan Allah Ta’ala mencintai hamba yang meminta
kepada-Nya. Sebagaimana perkataan seorang penyair:
“Allah murka pada
orang yang enggan meminta kepada-Nya, sedangkan manusia ketika diminta ia marah”
Ya, Allah mencintai
hamba yang berdoa kepada-Nya, bahkan karena cinta-Nya Allah memberi ‘bonus’
berupa ampunan dosa kepada hamba-Nya yang berdoa. Allah Ta’ala berfirman
dalam sebuah hadits qudsi:
“Wahai manusia, selagi
engkau berdoa dan berharap kepada-Ku, aku mengampuni dosamu dan tidak aku
pedulikan lagi dosamu” (HR. At Tirmidzi, ia berkata: ‘Hadits hasan shahih’)
Sungguh Allah
memahami keadaan manusia yang lemah dan senantiasa membutuhkan akan Rahmat-Nya.
Manusia tidak pernah lepas dari keinginan, yang baik maupun yang buruk. Bahkan
jika seseorang menuliskan segala keinginannya di kertas, entah berapa lembar
akan terpakai.
Maka kita tidak perlu
heran jika Allah Ta’ala melaknat orang yang enggan berdoa kepada-Nya.
Orang yang demikian oleh Allah ‘Azza Wa Jalla disebut sebagai hamba yang
sombong dan diancam dengan neraka Jahannam. Allah Ta’ala berfirman:
ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
“Berdoalah kepadaKu, Aku akan kabulkan doa kalian. Sungguh orang-orang
yang menyombongkan diri karena enggan beribadah kepada-Ku, akan dimasukkan ke
dalam neraka Jahannam dalam keadaan hina dina” (QS. Ghafir: 60)
Ayat ini juga menunjukkan bahwa Allah Maha Pemurah terhadap hamba-Nya,
karena hamba-Nya diperintahkan berdoa secara langsung kepada Allah tanpa
melalui perantara dan dijamin akan dikabulkan. Sungguh Engkau Maha Pemurah Ya
Rabb…
Berdoa Di Waktu Yang Tepat
Diantara usaha yang bisa kita upayakan agar doa kita dikabulkan oleh Allah Ta’ala
adalah dengan memanfaatkan waktu-waktu tertentu yang dijanjikan oleh Allah
bahwa doa ketika waktu-waktu tersebut dikabulkan. Diantara waktu-waktu tersebut
adalah:
1. Ketika sahur atau sepertiga malam terakhir
Allah Ta’ala mencintai hamba-Nya yang berdoa disepertiga malam yang
terakhir. Allah Ta’ala berfirman tentang ciri-ciri orang yang bertaqwa,
salah satunya:
وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُون
“Ketika waktu sahur (akhir-akhir malam), mereka berdoa memohon ampunan”
(QS. Adz Dzariyat: 18)
Sepertiga malam yang paling akhir adalah waktu yang penuh berkah, sebab
pada saat itu Rabb kita Subhanahu Wa Ta’ala turun ke langit dunia dan
mengabulkan setiap doa hamba-Nya yang berdoa ketika itu. Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda:
ينزل ربنا تبارك وتعالى كل ليلة إلى السماء الدنيا ، حين يبقى ثلث الليل الآخر، يقول : من يدعوني فأستجيب له ، من يسألني فأعطيه ، من يستغفرني فأغفر له
“Rabb kita turun
ke langit dunia pada sepertiga malam yang akhir pada setiap malamnya. Kemudian
berfirman: ‘Orang yang berdoa kepada-Ku akan Ku kabulkan, orang yang meminta
sesuatu kepada-Ku akan Kuberikan, orang yang meminta ampunan dari-Ku akan
Kuampuni‘” (HR. Bukhari no.1145, Muslim no. 758)
Namun perlu dicatat,
sifat ‘turun’ dalam hadits ini jangan sampai membuat kita membayangkan Allah Ta’ala
turun sebagaimana manusia turun dari suatu tempat ke tempat lain. Karena tentu
berbeda. Yang penting kita mengimani bahwa Allah Ta’ala turun ke langit
dunia, karena yang berkata demikian adalah Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam diberi julukan Ash shadiqul Mashduq (orang jujur yang
diotentikasi kebenarannya oleh Allah), tanpa perlu mempertanyakan dan
membayangkan bagaimana caranya.
Dari hadits ini jelas
bahwa sepertiga malam yang akhir adalah waktu yang dianjurkan untuk
memperbanyak berdoa. Lebih lagi di bulan Ramadhan, bangun di sepertiga malam
akhir bukanlah hal yang berat lagi karena bersamaan dengan waktu makan sahur.
Oleh karena itu, manfaatkanlah sebaik-baiknya waktu tersebut untuk berdoa.
2. Ketika berbuka
puasa
Waktu berbuka puasa
pun merupakan waktu yang penuh keberkahan, karena diwaktu ini manusia merasakan
salah satu kebahagiaan ibadah puasa, yaitu diperbolehkannya makan dan minum
setelah seharian menahannya, sebagaimana hadits:
للصائم فرحتان : فرحة عند فطره و فرحة عند لقاء ربه
“Orang yang
berpuasa memiliki 2 kebahagiaan: kebahagiaan ketika berbuka puasa dan
kebahagiaan ketika bertemu dengan Rabb-Nya kelak” (HR. Muslim, no.1151)
Keberkahan lain di
waktu berbuka puasa adalah dikabulkannya doa orang yang telah berpuasa,
sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam:
‘”Ada tiga doa
yang tidak tertolak. Doanya orang yang berpuasa ketika berbuka, doanya pemimpin
yang adil dan doanya orang yang terzhalimi” (HR. Tirmidzi no.2528, Ibnu
Majah no.1752, Ibnu Hibban no.2405, dishahihkan Al Albani di Shahih At
Tirmidzi)
Oleh karena itu,
jangan lewatkan kesempatan baik ini untuk memohon apa saja yang termasuk
kebaikan dunia dan kebaikan akhirat. Namun perlu diketahui, terdapat doa yang
dianjurkan untuk diucapkan ketika berbuka puasa, yaitu doa berbuka puasa.
Sebagaimana hadits
“Biasanya
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam ketika berbuka puasa membaca doa:
ذهب الظمأ وابتلت العروق وثبت الأجر إن شاء الله
/Dzahabaz
zhamaa-u wabtalatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insyaa Allah/
(‘Rasa haus telah
hilang, kerongkongan telah basah, semoga pahala didapatkan. Insya Allah’)” (HR. Abu Daud no.2357, Ad Daruquthni
2/401, dihasankan oleh Ibnu Hajar Al Asqalani di Hidayatur Ruwah, 2/232)
Adapun doa yang tersebar di masyarakat dengan lafazh berikut:
اللهم لك صمت و بك امنت و على رزقك افطرت برحمتك يا ارحم الراحمين
adalah hadits
palsu, atau dengan kata lain, ini bukanlah hadits. Tidak terdapat di kitab
hadits manapun. Sehingga kita tidak boleh meyakini doa ini sebagai hadits Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam.
Oleh karena itu, doa
dengan lafazh ini dihukumi sama seperti ucapan orang biasa seperti saya dan
anda. Sama kedudukannya seperti kita berdoa dengan kata-kata sendiri. Sehingga
doa ini tidak boleh dipopulerkan apalagi dipatenkan sebagai doa berbuka puasa.
Memang ada hadits
tentang doa berbuka puasa dengan lafazh yang mirip dengan doa tersebut,
semisal:
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا أفطر قال : اللهم لك صمت وعلى رزقك أفطرت فتقبل مني إنك أنت السميع العليم
“Biasanya Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam ketika berbuka membaca doa: Allahumma laka
shumtu wa ‘alaa rizqika afthartu fataqabbal minni, innaka antas samii’ul ‘aliim”.
Ibnu Hajar Al Asqalani berkata di Al Futuhat Ar Rabbaniyyah (4/341):
“Hadits ini gharib, dan sanadnya lemah sekali”. Hadits ini juga di-dhaif-kan
oleh Al Albani di Dhaif Al Jami’ (4350). Atau doa-doa yang lafazh-nya
semisal hadits ini semuanya berkisar antara hadits dhaif atau munkar.
3. Ketika malam lailatul
qadar
Malam lailatul
qadar adalah malam diturunkannya Al Qur’an. Malam ini lebih utama dari 1000
bulan. Sebagaimana firmanAllah Ta’ala:
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
“Malam Lailatul
Qadr lebih baik dari 1000 bulan” (QS. Al Qadr: 3)
Pada malam ini
dianjurkan memperbanyak ibadah termasuk memperbanyak doa. Sebagaimana yang
diceritakan oleh Ummul Mu’minin Aisyah Radhiallahu’anha:
قلت يا رسول الله أرأيت إن علمت أي ليلة ليلة القدر ما أقول فيها قال قولي اللهم إنك عفو كريم تحب العفو فاعف عني
“Aku bertanya kepada
Rasulullah: Wahai Rasulullah, menurutmu apa yang sebaiknya aku ucapkan jika aku
menemukan malam Lailatul Qadar? Beliau bersabda: Berdoalah:
اللهم إنك عفو كريم تحب العفو فاعف عني
‘Ya Allah,
sesungguhnya engkau Maha Pengampun dan menyukai sifat pemaaf, maka ampunilah
aku‘”(HR. Tirmidzi, 3513, Ibnu Majah, 3119, At Tirmidzi berkata: “Hasan
Shahih”)
Pada hadits ini Ummul
Mu’minin ‘Aisyah Radhiallahu’anha meminta diajarkan ucapan yang
sebaiknya diamalkan ketika malam Lailatul Qadar. Namun ternyata Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam mengajarkan lafadz doa. Ini menunjukkan bahwa pada malam Lailatul
Qadar dianjurkan memperbanyak doa, terutama dengan lafadz yang diajarkan
tersebut.
4. Ketika adzan
berkumandang
Selain dianjurkan
untuk menjawab adzan dengan lafazh yang sama, saat adzan dikumandangkan pun
termasuk waktu yang mustajab untuk berdoa. Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda:
ثنتان لا تردان أو قلما تردان الدعاء عند النداء وعند البأس حين يلحم بعضهم بعضا
“Doa tidak
tertolak pada dua waktu, atau minimal kecil kemungkinan tertolaknya. Yaitu
ketika adzan berkumandang dan saat perang berkecamuk, ketika kedua kubu saling
menyerang” (HR. Abu Daud, 2540, Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Nata-ijul
Afkar, 1/369, berkata: “Hasan Shahih”)
5. Di antara adzan
dan iqamah
Waktu jeda antara
adzan dan iqamah adalah juga merupakan waktu yang dianjurkan untuk berdoa,
berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam:
“Doa di antara
adzan dan iqamah tidak tertolak” (HR. Tirmidzi, 212, ia berkata: “Hasan
Shahih”)
Dengan demikian
jelaslah bahwa amalan yang dianjurkan antara adzan dan iqamah adalah berdoa,
bukan shalawatan, atau membaca murattal dengan suara keras,
misalnya dengan menggunakan mikrofon. Selain tidak pernah dicontohkan oleh
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, amalan-amalan tersebut dapat
mengganggu orang yang berdzikir atau sedang shalat sunnah. Padahal Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda:
“Ketahuilah,
kalian semua sedang bermunajat kepada Allah, maka janganlah saling mengganggu
satu sama lain. Janganlah kalian mengeraskan suara dalam membaca Al Qur’an,’
atau beliau berkata, ‘Dalam shalat’,” (HR. Abu Daud no.1332, Ahmad, 430,
dishahihkan oleh Ibnu Hajar Al Asqalani di Nata-ijul Afkar, 2/16).
Selain itu, orang
yang shalawatan atau membaca Al Qur’an dengan suara keras di waktu jeda
ini, telah meninggalkan amalan yang di anjurkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam, yaitu berdoa. Padahal ini adalah kesempatan yang bagus untuk
memohon kepada Allah segala sesuatu yang ia inginkan. Sungguh merugi jika ia
melewatkannya.
6. Ketika sedang
sujud dalam shalat
Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda:
“Seorang hamba
berada paling dekat dengan Rabb-nya ialah ketika ia sedang bersujud. Maka
perbanyaklah berdoa ketika itu” (HR. Muslim, no.482)
7. Ketika sebelum
salam pada shalat wajib
Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda:
“Ada yang
bertanya: Wahai Rasulullah, kapan doa kita didengar oleh Allah? Beliau
bersabda: “Di akhir malam dan di akhir shalat wajib” (HR. Tirmidzi, 3499)
Ibnu Qayyim Al
Jauziyyah dalam Zaadul Ma’ad (1/305) menjelaskan bahwa yang dimaksud
‘akhir shalat wajib’ adalah sebelum salam. Dan tidak terdapat riwayat bahwa
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam dan para sahabat merutinkan berdoa
meminta sesuatu setelah salam pada shalat wajib. Ahli fiqih masa kini, Syaikh
Ibnu Utsaimin Rahimahullah berkata: “Apakah berdoa setelah shalat itu
disyariatkan atau tidak? Jawabannya: tidak disyariatkan. Karena Allah Ta’ala
berfirman:
فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلاةَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ
“Jika engkau selesai shalat, berdzikirlah” (QS. An Nisa: 103). Allah
berfirman ‘berdzikirlah’, bukan ‘berdoalah’. Maka setelah shalat bukanlah waktu
untuk berdoa, melainkan sebelum salam” (Fatawa Ibnu Utsaimin, 15/216).
Namun sungguh disayangkan kebanyakan kaum muslimin merutinkan berdoa
meminta sesuatu setelah salam pada shalat wajib yang sebenarnya tidak
disyariatkan, kemudian justru meninggalkan waktu-waktu mustajab yang
disyariatkan yaitu diantara adzan dan iqamah, ketika adzan, ketika sujud
dan sebelum salam.
8. Di hari Jum’at
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
أن رسول الله صلى الله عليه وسلم ذكر يوم الجمعة ، فقال : فيه ساعة ، لا يوافقها عبد مسلم ، وهو قائم يصلي ، يسأل الله تعالى شيئا ، إلا أعطاه إياه . وأشار بيده يقللها
“Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam menyebutkan tentang hari Jumat kemudian beliau
bersabda: ‘Di dalamnya terdapat waktu. Jika seorang muslim berdoa ketika itu,
pasti diberikan apa yang ia minta’. Lalu beliau mengisyaratkan dengan tangannya
tentang sebentarnya waktu tersebut” (HR. Bukhari 935, Muslim 852 dari
sahabat Abu Hurairah Radhiallahu’anhu)
Ibnu Hajar Al
Asqalani dalam Fathul Baari ketika menjelaskan hadits ini beliau
menyebutkan 42 pendapat ulama tentang waktu yang dimaksud. Namun secara umum
terdapat 4 pendapat yang kuat. Pendapat pertama, yaitu waktu sejak imam
naik mimbar sampai selesai shalat Jum’at, berdasarkan hadits:
“Waktu tersebut
adalah ketika imam naik mimbar sampai shalat Jum’at selesai” (HR. Muslim,
853 dari sahabat Abu Musa Al Asy’ari Radhiallahu’anhu).
Pendapat ini dipilih
oleh Imam Muslim, An Nawawi, Al Qurthubi, Ibnul Arabi dan Al Baihaqi.
Pendapat kedua, yaitu setelah ashar sampai
terbenamnya matahari. Berdasarkan hadits:
يوم الجمعة ثنتا عشرة يريد ساعة لا يوجد مسلم يسأل الله عز وجل شيئا إلا أتاه الله عز وجل فالتمسوها آخر ساعة بعد العصر
“Dalam 12 jam hari
Jum’at ada satu waktu, jika seorang muslim meminta sesuatu kepada Allah Azza Wa
Jalla pasti akan dikabulkan. Carilah waktu itu di waktu setelah ashar” (HR.
Abu Daud, no.1048 dari sahabat Jabir bin Abdillah Radhiallahu’anhu.
Dishahihkan Al Albani di Shahih Abi Daud). Pendapat ini dipilih oleh At
Tirmidzi, dan Ibnu Qayyim Al Jauziyyah. Pendapat ini yang lebih masyhur dikalangan
para ulama.
Pendapat ketiga, yaitu setelah ashar, namun
diakhir-akhir hari Jum’at. Pendapat ini didasari oleh riwayat dari Abi Salamah.
Ishaq bin Rahawaih, At Thurthusi, Ibnul Zamlakani menguatkan pendapat ini.
Pendapat keempat, yang juga dikuatkan oleh Ibnu Hajar
sendiri, yaitu menggabungkan semua pendapat yang ada. Ibnu ‘Abdil Barr berkata:
“Dianjurkan untuk bersungguh-sungguh dalam berdoa pada dua waktu yang
disebutkan”. Dengan demikian seseorang akan lebih memperbanyak doanya di hari
Jum’at tidak pada beberapa waktu tertentu saja. Pendapat ini dipilih oleh Imam
Ahmad bin Hambal, Ibnu ‘Abdil Barr.
9. Ketika turun hujan
Hujan adalah nikmat
Allah Ta’ala. Oleh karena itu tidak boleh mencelanya. Sebagian orang merasa jengkel
dengan turunnya hujan, padahal yang menurunkan hujan tidak lain adalah Allah
Ta’ala. Oleh karena itu, daripada tenggelam dalam rasa jengkel lebih baik
memanfaatkan waktu hujan untuk berdoa memohon apa yang diinginkan kepada Allah Ta’ala:
“Doa tidak
tertolak pada 2 waktu, yaitu ketika adzan berkumandang dan ketika hujan turun”
(HR Al Hakim, 2534, dishahihkan Al Albani di Shahih Al Jami’, 3078)
10. Hari Rabu antara Dzuhur dan Ashar
Sunnah ini belum diketahui oleh kebanyakan kaum muslimin, yaitu
dikabulkannya doa diantara shalat Zhuhur dan Ashar di hari Rabu. Ini
diceritakan oleh Jabir bin Abdillah Radhiallahu’anhu:
أن النبي صلى الله عليه وسلم دعا في مسجد الفتح ثلاثا يوم الاثنين، ويوم الثلاثاء، ويوم الأربعاء، فاستُجيب له يوم الأربعاء بين الصلاتين فعُرِفَ البِشْرُ في وجهه
قال جابر: فلم ينزل بي أمر مهمٌّ غليظ إِلاّ توخَّيْتُ تلك الساعة فأدعو فيها فأعرف الإجابة
قال جابر: فلم ينزل بي أمر مهمٌّ غليظ إِلاّ توخَّيْتُ تلك الساعة فأدعو فيها فأعرف الإجابة
“Nabi shallallahu
‘alahi Wasallam berdoa di Masjid Al Fath 3 kali, yaitu hari Senin, Selasa dan
Rabu. Pada hari Rabu lah doanya dikabulkan, yaitu diantara dua shalat. Ini
diketahui dari kegembiraan di wajah beliau. Berkata Jabir : ‘Tidaklah suatu
perkara penting yang berat pada saya kecuali saya memilih waktu ini untuk
berdoa, dan saya mendapati dikabulkannya doa saya‘”
Dalam riwayat lain:
فاستجيب له يوم الأربعاء بين الصلاتين الظهر والعصر
“Pada hari Rabu
lah doanya dikabulkan, yaitu diantara shalat Zhuhur dan Ashar” (HR. Ahmad,
no. 14603, Al Haitsami dalam Majma Az Zawaid, 4/15, berkata: “Semua
perawinya tsiqah”, juga dishahihkan Al Albani di Shahih At Targhib,
1185)
11. Ketika Hari
Arafah
Hari Arafah adalah
hari ketika para jama’ah haji melakukan wukuf di Arafah, yaitu tanggal 9
Dzulhijjah. Pada hari tersebut dianjurkan memperbanyak doa, baik bagi jama’ah
haji maupun bagi seluruh kaum muslimin yang tidak sedang menunaikan ibadah
haji. Sebab Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
خير الدعاء دعاء يوم عرفة
“Doa yang terbaik
adalah doa ketika hari Arafah” (HR. At Tirmidzi, 3585. Di shahihkan Al
Albani dalam Shahih At Tirmidzi)
12. Ketika Perang
Berkecamuk
Salah satu keutamaan
pergi ke medan perang dalam rangka berjihad di jalan Allah adalah doa dari
orang yang berperang di jalan Allah ketika perang sedang berkecamuk, diijabah
oleh Allah Ta’ala. Dalilnya adalah hadits yang sudah disebutkan di atas:
ثنتان لا تردان أو قلما تردان الدعاء عند النداء وعند البأس حين يلحم بعضهم بعضا
“Doa tidak
tertolak pada dua waktu, atau minimal kecil kemungkinan tertolaknya. Yaitu
ketika adzan berkumandang dan saat perang berkecamuk, ketika kedua kubu saling
menyerang” (HR. Abu Daud, 2540, Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Nata-ijul
Afkar, 1/369, berkata: “Hasan Shahih”)
13. Ketika Meminum
Air Zam-zam
Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda:
“Khasiat Air
Zam-zam itu sesuai niat peminumnya” (HR. Ibnu Majah, 2/1018. Dishahihkan Al
Albani dalam Shahih Ibni Majah, 2502)
Demikian uraian
mengenai waktu-waktu yang paling dianjurkan untuk berdoa. Mudah-mudahan Allah
Ta’ala mengabulkan doa-doa kita dan menerima amal ibadah kita. Amiin Ya
Mujiibas Sa’iliin. [Yulian Purnama]
Sumber : Buletin Muslim.Or.Id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar