Nasionalisme,
cinta tanah air, ataukah Islam yang dibela?
Tentu dalam
jihad yang dibela adalah Islam bukan tanah air. Inilah prinsip yang membedakan
seorang muslim dan bukan. Seorang muslim sangat Islam jaya lewat jihad.
Sedangkan orang kafir hanya ingin berperang supaya membela tanah airnya, atau
karena nasionalisme yang diperjuangkan.
عَنْ أَبِى
مُوسَى قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – فَقَالَ
الرَّجُلُ يُقَاتِلُ حَمِيَّةً وَيُقَاتِلُ شَجَاعَةً وَيُقَاتِلُ رِيَاءً ،
فَأَىُّ ذَلِكَ فِى سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ « مَنْ قَاتَلَ لِتَكُونَ كَلِمَةُ
اللَّهِ هِىَ الْعُلْيَا ، فَهْوَ فِى سَبِيلِ اللَّهِ »
Dari Abu
Musa, ia berkata bahwa ada seseorang yang pernah mendatangi Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam lantas ia berkata, ada seseorang yang berperang
(berjihad) untuk membela sukunya (tanah airnya); ada pula yang berperang supaya
disebut pemberani (pahlawan); ada pula yang berperang dalam rangka riya’ (cari
pujian), lalu manakah yang disebut jihad di jalan Allah? Beliaushallallahu
‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Siapa yang berperang supaya
kalimat Allah itu mulia (tinggi) itulah yang disebut jihad di jalan Allah.”
(HR. Bukhari no. 7458 dan Muslim no. 1904).
Hadits di
atas menunjukkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ingin
menunjukkan niatan jihad yang benar apabila dilakukan ikhlas karena Allah,
meraih ridho-Nya. Sedangkan jika seseorang berjihad untuk disebut pemberani atau
pahlawan; untuk membela kaum, negeri atau tanah airnya; atau supaya ia tersohor
di kalangan orang banyak, maka ini semua adalah niatan yang keliru. Karena
setelah ditanya niatan seperti itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas
beralih dengan mengatakan bahwa jihad itu untuk membela kalimat Allah, artinya
untuk membela Islam.
Hadits di
atas bermaksud menerangkan bahwa tidak ada beda antara kita dengan orang kafir
jika maksud kita berjihad atau berperang hanyalah untuk membela tanah air.
Karena niatan orang kafir pun demikian. Seorang muslim haruslah punya niatan
untuk berperang untuk “membela Islam” dan bukan untuk membela tanah air. Karena kalau niatannya untuk
membela tanah air, matinya tidaklah disebut mati syahid.
Syaikh
Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah menerangkan,
“Jika niatan
seseorang dalam berperang hanyalah untuk membela tanah air, maka itu adalah
niatan yang keliru. Niat seperti itu sama sekali tidaklah bermanfaat. Tidak ada
beda antara muslim dan kafir jika niatannya hanyalah untuk membela tanah air.
Sedangkan hadits yang menyebutkan “hubbul wathon minal iman (cinta
tanah air sebagian dari iman)”, ini adalah hadits
dusta, yang bukan berasal dari
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam.
Cinta tanah
air jika yang dimaksud adalah cinta negeri Islam, maka itu disukai karena yang
dibela adalah Islam. Namun sebenarnya tidak ada beda antara negerimu dan negeri
Islam yang jauh, semua adalah negeri Islam yang wajib dibela.
Jadi patut
diketahui niat yang benar ketika berperang adalah untuk membela Islam di negeri
kita atau membela negeri kita yang termasuk negeri Islam, bukan sekedar membela
tanah air.” (Syarh Riyadhus Sholihin, 1: 66).
Beliau
mengatakan pula di halaman yang lain,
“Yang harus
diperhatikan bahwa di berbagai media banyak yang berkoar ketika berjihad
(berperang) dengan menuliskan ‘ayo bela tanah air kita, ayo bela tanah air!’
Ini bukan Islam yang dibela. Ini sungguh kekurangan yang besar. Harusnya umat
Islam diarahkan ke jalan yang benar ketika ingin berjihad.” (Idem, hal.
69).
Faedah lain
dari hadits
ini diterangkan oleh Syaikh Musthofa Al Bugho hafizhohullah, “Yang
disebut keutamaan jihad di jalan Allah adalah jika Islam yang dibela. Akan
tetapi hal ini tidaklah menghalangi untuk tetap memandikan orang yang mati di
medan perang dan dianggap sebagai syahid sehingga ketika matinya tidak
mandikan, tidak dikafani, tidak dishalati, namun langsung dikuburkan. Sedangkan
niatan yang benar atau keliru dari orang yang mati tersebut, semuanya
diserahkan pada Allah.” (Nuzhatul Muttaqin, hal. 16).
Hadits ini
pun menunjukkan hendaklah amalan mulia seperti jihad dimulai dengan ilmu
terlebih dahulu. Karena sahabat yang bertanya tidaklah pergi berjihad sampai ia
bertanya manakah niatan yang benar dalam jihad. Lihat Bahjatun
Nazhirin karya Syaikh Salim bin ‘Ied Al Hilali, hal. 36.
Semoga
niatan kita dalam beramal dan berjihad nantinya hanyalah untuk Allah, terkhusus
jihad
kita hanya untuk membela Islam.
Hanya Allah
yang memberi taufik dan hidayah.
Referensi:
- Bahjatun Nazhirin Syarh Riyadhish Sholihin, Abu Usamah Salim bin ‘Ied Al Hilaliy, terbitan Dar Ibnul Jauzi, cetakan pertama, tahun 1430 H.
- Nuzhatul Muttaqin Syarh Riyadhish Sholihin, Dr. Musthofa Al Bugho, dll, terbitan Muassasah Ar Risalah, cetakan pertama, tahun 1432 H.
- Syarh Riyadhish Sholihin, Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin, terbitan Madarul Wathon, cetakan tahun 1426 H.
@ Pesantren Darush
Sholihin, Panggang-Gunungkidul, 10 Rajab 1434 H
—
==========
Dari artikel 'Membela Islam Ataukah Membela Tanah Air? — Muslim.Or.Id'
Tidak ada komentar:
Posting Komentar