1.
Makan
dan minum dengan sengaja
Makan dan minum yang dimaksudkan adalah dengan memasukkan apa saja ke
dalam tubuh melalui mulut, baik yang dimasukkan adalah sesuatu yang bermanfaat
(roti, makanan, dll), atau sesuatu yang diharamkan (rokok, khamr) –rokok termasuk pembatal puasa- , atau
sesuatu yang tidak ada nilai manfaat atau bahaya (seperti potongan kayu).
Jika orang yang berpuasa lupa, keliru, atau dipaksa, puasanya tidaklah
batal. Dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu, Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,
“Apabila seseorang makan dan minum
dalam keadaan lupa, hendaklah dia tetap menyempurnakan puasanya karena Allah
telah memberi dia makan dan minum.” (HR. Bukhari no. 1933 dan Muslim
no. 1155)
Yang
juga termasuk makan dan minum adalah injeksi makanan melalui infus. Jika
seseorang diinfus dalam keadaan puasa, batallah puasanya karena injeksi semacam
ini dihukumi sama dengan makan dan minum.
2.
Muntah
dengan sengaja
Dari Abu Hurairah, Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa yang dipaksa muntah
sedangkan dia dalam keadaan puasa, maka tidak ada qodho’ baginya. Namun,
apabila dia muntah dengan sengaja, maka wajib baginya mengqodho’.” (HR. Abu Daud no. 2380)
3.
Haidh
dan nifas
Apabila
seorang wanita mengalami haidh atau nifas di tengah-tengah berpuasa baik di awal
atau di akhir hari puasa, puasanya batal. Apabila dia tetap berpuasa, puasanya
tidak sah.
Dari Abu Sa’id Al Khudri, Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Bukankah kalau
wanita tersebut haidh, dia tidak sholat dan juga tidak menunaikan puasa?” Para wanita menjawab,
“Betul.” Lalu beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Itulah kekurangan agama wanita.” (HR. Bukhari no. 304)
Jika wanita haidh dan nifas tidak
berpuasa, ia harus mengqodho’ puasa dihari lainnya. Berdasarkan perkataan
‘Aisyah, “Kami dahulu juga mengalami
haid, maka kami diperintahkan untuk mengqodho’ puasa dan tidak diperintahkan
mengqodho’ sholat.” (HR. Muslim no. 335)
4.
Keluar
mani dengan sengaja
Artinya mani tersebut dengan
sengaja tanpa hubungan jima’ seperti
mengeluarkan mani dengan tangan, digesekkan pada perut atau paha, dengan
cara disentuh atau dicium. Hal ini menyebabkan batalnya puasadan wajib
mengqodho’, tanpa menunaikan kafaroh.
Inilah pendapat ulama Hanafiyah, Syafi’iyah dan Hanabilah. Dalilnya
adalah Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“(Allah Ta’ala
berfirman): ketika puasa ia meninggalkan makan, minum dan syahwat karena-Ku.” (HR. Bukhari no. 1894)
“Mengeluarkan mani dengan sengaja termasuk syahwat, sehingga pembatal
puasa sebagaimana makan dan minum.” Lihat Syarhul Mumthi’ 6: 373-374. . .
5.
Berniat
membatalkan puasa
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Setiap orang hanyalah mendapatkan
apa yang ia niatkan.”
(HR. Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907)
Ibnu Hazm rahimahullah mengatakan, “Barangsiapa berniat membatalkan puasa
sedangkan ia dalam keadaan puasa, maka puasanya batal.” Al Muhalla, 6: 174. . .
Ketika puasa batal dalam keadaan seperti
ini, maka ia harus mengqodho’ puasanya di hari lainnya.
6.
Jima’
(bersetubuh) di siang hari
Menurut mayoritas ulama, jima’ bagi orang
yang berpuasa di siang hari bulan Ramadhan (di waktu berpuasa) dengan sengaja
atas kehendaknya sendiri (bukan paksaan), mengakibatkan puasanya batal, wajib
menunaikan qodho’ dan kafaroh. Terserah ketika itu keluar mani atau tidak. Wanita
yang diajak hubungan jima’ dengan pasangannya (tanpa dipaksa), puasanya juga
batal, tanpa ada perselisihan diantara ulama dalam masalah ini. Namun, yang
menjadi perbedaan antara laki-laki dan perempuan apakah keduanya sama-sama
dikenai kafaroh? Pendapat yang tepat adalah yang dipilih ulama Syafi’iyah dan
Imam Ahmad dalam satu pendapatnya, bahwa wanita yang diajak bersetubuh di siang
hari di bulan Ramadhan tidak dikenakan kafaroh, yang menanggung kafaroh adalah
suaminya.
Kafaroh yang harus dikeluarkan dengan urutan sbb.
a.
Membebaskan budak mukmin yang bebas dari cacat.
b.
Jika (a) tidak mampu, berpuasa 2 bulan
berturut-turut.
c.
Jika (b) tidak mampu, memberi makan kepada 60
orang miskin. Setiap orang miskin mendapatkan 1 mud (1 mud = ¼ sho’. Satu sho’
kira-kira sama dengan 3kg. Sehingga satu mud sama dengan 0,75 kg) makanan).
Jika orang yang jima’ di siang hari di bulan
Ramadhan tidak mampu melaksanakan kafaroh di atas, kafaroh tersebut tidaklah
gugur, namun tetap wajib baginya sampai dia mampu melaksanakannya. Hal ini
diqiyaskan dengan bentuk utang-piutang dan hak-hak yang lain.
Sumber: Kitab "Panduan Ramadhan Bekal Meraih Ramadhan Penuh Berkah"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar