Arsip Blog

Selasa, 21 Mei 2013

JANGAN BIARKAN PUASAMU SIA-SIA




   Puasa bukanlah hanya menahan lapar dan dahaga saja. Namun puasa hendaknya menahan diri dari perbuatan yang diharamkan dan sia-sia. Jika tidak demikian, puasa seseorang tidak ada nilanya. Yang didapati bisa jadi hanya lapar dan dahaga saja. Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebur melainkan hanya rasa lapar dan dahaga saja.” (HR. Ahmad 2: 373)

   Berikut adalah amalan yang sudah sepatutnya dihindari oleh setiap orang yang menjalankan puasa.

1.      Berkata Dusta

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan dahaga yang ia tahan.” (HR. Bukhari no. 1903)

As Suyuthi mengatakan, “Yang dilarang dalam hadits ini adalah az zuur yaitu dusta dan menfitnah (buhtan). Sedangkan maksud “mengamalkannya” adalah melakukan perbuatan keji dan setiap apa yang Allah larang yang merupakan konsekuensi dari berkata dusta.” [Syarh Sunan Ibni Majah, 1: 121]

   Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan, “Perbuatan yang disebutkan dalam hadits ini, itulah yang mengurangi pahala puasa seseorang.” 

   Al Baydowi rahimahullah mengatakan, “Ibadah puasa bukanlah hanya menahan diri dari lapar dan dahaga saja. Bahkan seseorang yang menjalankan puasa hendaklah mengekang berbagai syahwat dan mengajak jiwa pada kebaikan. Jika tidak demikian, sungguh Allah tidak akan melihat amalannya, dalam artian tidak akan menerimanya.” Fathul Bari, 4: 117

2.      Berkata Sia sia dan Kotor

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Puasa bukanlah hanya menahan makan dan minum saja. Akan tetapi, puasa adalah dengan menahan diri dari perkataan sia-sia dan kata-kata kotor. Apabila ada seseorang yang mencelamu atau berbuat usil padamu, katakanlah padanya, “Aku sedang puasa, aku sedang puasa.”” (HR. Ibnu Khuzaimah 3: 242)

3.      Maksiat secara umum

   Perhatikanlah petuah yang sangat bagus dari Ibnu Rajab Al Hambali berikut, “Ketahuilah bahwa amalan taqorub (mendekatkan diri) pada Allah Ta’ala dengan meninggalkan syahwat tidak akan sempurna hingga seseorang mendekatkan diri pada Allah dengan meninggalkan perkara yang dilarang yaitu Dusta, perbuatan Zholim, permusuhan diantara manusia dalam masalah darah, harta dan kehormatan.”

   Sejelek jelek puasa adalah yang hanya menahan lapar dan haus saja, sedangkan maksiat di bulan Ramadhan pun masih terus berjalan. Sebagian Salaf mengatakan, “Tingkatan puasa yang paling rendah adalah hanya meninggalakn minum dan makan saja.”

APAKAH MAKSIAT MEMBATALKAN PUASA?

   Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Mendekatkan diri pada Allah Ta’ala dengan meninggalkan perkara yang asalnya mubah tidaklah sempurna sampai seseorang meninggalkan keharaman. Barangsiapa yang melakukan yang haram disertai mendekatkan diri pada Allah  dengan meninggalkan yang mubah, maka ini sama halnya dengan orang yang meninggalkan yang wajib lalu beralih mengerjakan yang sunnah. Walaupun puasa orang yang bermaksiat tetap dianggap sah dan tidak diperintahkan mengqodho’ puasanya menurut pendapat jumhur (mayoritas ulama). Alasannya karena amalan itu batal disebabkan sebab khusus (makan, minum, jima’) dan tidaklah batal jika melakukan perbuatan yang dilarang yang bukan karena sebab khusus. Inilah pendapat mayoritas ulama.

Facebook Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar