Arsip Blog

Senin, 20 Mei 2013

SUNNAH-SUNNAH PUASA




1.      Mengakhirkan Sahur

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Makan sahurlah dengan sesungguhnya pada sahur itu terdapat berkah.” (HR. Bukhari no. 1923 dan Muslim no. 1095) An Nawawi rahimahullah mengatakan, “Karena dengan sahur bisa menguatkan berpuasa.”

Makan sahur hendaknya jangan ditinggalkan walaupun hanya dengan seteguk air sebagaimana sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, “Sahur adalah makanan yang penuh berkah. Oleh karena itu, janganlah kalian meninggalkannya sekalipun hanya dengan meminum seteguk air. Karena sesunggah Allah dan para malaikat bershalawat kepada orang-orang yang makan sahur.” (HR. Ahmad 3: 12)

Disunnahkan untuk mengakhirkan waktu sahur hingga menjelang fajar. Hal ini dapat dilihat dari hadits berikut.

   Dari Anas, dari Zaid bin Tsabit, ia berkata, “Kami pernah makan sahur bersama Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian kami pun berdiri untuk menunaikan shalat. Kemudian Anas bertanya pada Zaid, “Berapa lama jarak antara adzan Shubuh dan sahur kalian?” Zaid menjawab, “Sekitar membaca 50 ayat”. (HR. Bukhari no. 575 dan Muslim no. 1097) Dalam riwayat Bukhari dikatakan, “Sekitar membaca 50 atau 60 ayat.”

   Ibnu Hajar mengatakan, “Maksud sekitar membaca 50 ayat artinya waktu makan sahur tersebut tidak terlalu lama dan tidak pula terlalu cepat.” Al Qurthubi mengatakan, “Hadits ini adalah dalil bahwa batas makan sahur sebelum terbit fajar shubuh.” Di antara  faedah mengakhirkan waktu sahur sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Hajar yaitu akan semakin menguatkan orang  yang berpuasa.

   Ibnu Abi Jamroh berkata, “Seandainya makan sahur diperintahkan di tengah malam, tentu akan berat karena pada waktu itu masih ada yang tertidur lelap, atau barangkali  nantinya akan meninggalkan shalat shubuh atau malah begadang di malam hari.” 

2.      Menyegerakan Berbuka

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Manusia akan senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.” (HR. Bukhari no. 1957 dan Muslim no. 1098)

   Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam biasa berbuka puasa sebelum menunaikan shalat maghrib dan bukanlah menunggu hingga shalat maghrib selesai dikerjakan. Sebagaimana Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam biasanya berbuka  dengan rothb (kurma basah) sebelum menunaikan shalat. Jika tidak ada rothb, maka beliau berbuka dengan seteguk air.” (HR. Abu Daud no. 2356 dab Ahmad 3: 164)

3.      Berbuka dengan kurma jika mudah diperoleh atau air putih

Dalilnya adalah hadits yang disebutkan di atas dari Anas. Lihat è HR. Abu Daud no. 2356 dab Ahmad 3: 164

4.      Berdo’a ketika berbuka

Perlu diketahui bersama bahwa ketika berbuka puasa adalah salah satu waktu terkabulnya do’a. Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Ada tiga orang yang do’anya tidak ditolak: (1) Pemimpin yang adil, (2) Orang yang berpuasa ketika ia berbuka, (3) Do’a orang yang terzolimi.” (HR. Tirmidzi no. 2526 dan  Ibnu Hibban 16/396)

Ketika itu orang yang berpuasa telah menyelesaikan ibadahnya dalam keadaan tunduk dan merendahkan diri.

   Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam ketika berbuka puasa beliau membaca doa berikut:

“Dzahabazh zhoma’u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insya Allah”
(artinya: Rasa haus telah hilang dan urat-urat telah basah, dan pahala telah ditetapkan insya Allah)

   Begitu pula doa berbuka, “Allahumma laka shumtu wa bika amantu wa ‘ala rizqika afthortu” (YA ALLAH, Kepada-Mu aku berpuasa dan kepada-Mu aku beriman, dan dengan rizqi-Mu aku berbuka), mula ‘Ali Al Qori mengatakan “Tambahan “wa bika aamantu” adalah tambahan yang tidak diketahui sanadnya, walaupun makna doa tersebut shahih.” Sehingga cukup doa shahih yang kami sebutkan diatas (Dzahabat zhoma’u...) yang hendaknya menjadi pegangan dalam amalan.

5.      Memberi makan kepada orang yang berbuka

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.” (HR. Tirmidzi no. 807, Ibnu Majah no. 1746, dan Ahmad 5: 192)

6.      Lebih banyak berderma dan beribadah di Bulan Ramadhan

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling gemar melakukan kebaikan. Kedermawanan yang  beliau lakukan lebih lagi di Bulan Ramadhan yaitu ketika Jibril ‘alaihis salam menemui beliau. Jibril ‘alaihis salam datang menemui beliau pada setiap malam di bulan Ramadhan (untuk membacakan Al Qur’an) hingga Al Qur’an selesai dibacakan untuk Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam. Apabila Jibril ‘alaihis salam datang menemuinya, tatkala itu beliau adalah orang yang lebih cepat dalam kebaikan dari angin yang berhembus.” (HR. Bukhari no. 1902 dan Muslim no. 2038)

   Ibnul Qayyim Rahimahullah  mengatakan, “Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam lebih banyak lagi melakukan kebaikan di Bulan Ramadhan. Beliau memperbanyak sedekah, berbuat baik, membaca Al Qur’an, shalat, dzikir, dan I’tikaf.”

Facebook Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar